Tuesday, August 31, 2010

KRISHNA JANMAASHTAMI 2010

Wacana Bhagawan pada perayaan Krishna Janmaashtami, 19-8-2003

TEMPAT KELAHIRAN TUHAN
ADALAH HATI YANG MURNI


Segala nama dan rupa tak lain adalah
perwujudan Yang Mahakuasa
yang merupakan eksistensi, pengetahuan,
kebahagiaan mutlak, dan bersifat non-dualisme.
Beliau adalah perwujudan satyam, shivam, sundaram
‘kebenaran, kebajikan, dan keindahan’.

( Sloka bahasa Sanskerta ).


Perwujudan kasih!

Krishnajanmaashtami dirayakan untuk memperingati hari ulang tahun Sri Krishna. Hati manusia adalah tempat lahir Sri Krishna. Ada orang-orang bodoh yang masygul memikirkan mengapa Krishna dan Raama lahir pada hari yang tidak baik yaitu hari kedelapan ketika bulan mengecil, dan pada hari kesembilan ketika bulan membesar. Hari kelahiran Krishna yang sesungguhnya adalah hari ketika hati manusia menjadi sejuk, murni, dan damai bagaikan Pegunungan Himaalaya. Tuhan membuat hati yang murni, suci, dan damai itu menjadi tempat tinggal Beliau.

Dari sudut pandangan duniawi, Krishna lahir pada tengah malam hari ashtami. Orang-orang menganggap ashtami sebagai hari yang tidak baik. Bagaimana hari kelahiran seorang Avatar bisa tidak baik? Sesungguhnya semua hari itu baik dan dimaksudkan untuk menganugerahkan kesejahteraan serta kemakmuran. Tuhan menjelma untuk menganugerahkan kebaikan, keberuntungan, dan keselamatan kepada semuanya. Karena itu, hari lahir Beliau harus dianggap sangat suci.

Krishna lahir dalam penjara. Semua sipir yang seharusnya sangat waspada sesuai dengan perintah Kamsa, ternyata tidak dapat menahan kantuk dan tidur lelap. Hanya Devakii dan Vasudeva yang tidak tertidur pada saat kelahiran Sri Krishna.
Karena takut anak yang baru lahir ini akan menghadapi bahaya dari Kamsa yang jahat, Vasudeva memutuskan akan membawa pergi bayi itu ke tempat yang aman. Dengan lembut dibedungnya bayi itu dengan kain, diletakkannya dalam keranjang, disungginya, lalu dibawanya keluar dari penjara. Pintu-pintu penjara terbuka sendiri. Karena pada waktu itu hujan lebat, Vasudeva berdoa mohon agar anak itu terlindung. Dengan kehendak Sri Krishna yang bersifat adikodrati, muncullah seekor kobra yang sangat besar dan mulai mengikuti Vasudeva sambil mengangkat bagian kepalanya yang besar untuk menaungi sang bayi sehingga tidak kehujanan.
Ketika Vasudeva tiba di tempat tinggal Yashodaa di seberang Sungai Yamunaa, hari sudah larut malam. Yashodaa baru saja melahirkan bayi perempuan. Semua orang termasuk suami Yashodaa tertidur lelap. Diam-diam Vasudeva meletakkan bayi suci Krishna di samping Yashodaa dan mengambil bayi perempuan yang baru dilahirkan wanita itu, kemudian bergegas kembali ke penjara.

Di ketiga loka ini kisah kehidupan Avatarlah yang paling menakjubkan dan suci. Kisah ini ibarat sabit yang membabat tanaman merambat perbudakan ( pada keinginan ) duniawi. Kisah kehidupan Avatar memperbaiki mentalitas. Kisah ini membuat kaum bijak waskita yang bertapa di rimba merasa sangat bahagia.

( Puisi bahasa Telugu ).


Tidak seorang pun dapat memahami cara-cara Tuhan. Bahkan Vasudeva pun tidak sepenuhnya menyadari apa yang dilakukannya. Ia membawa bayi Krishna ke rumah Yashodaa dan mengambil bayi perempuan Yashodaa lalu membawanya pulang. Vasudeva melakukan semua ini seakan-akan dalam keadaan trans.

Raadhaa yang pada waktu itu masih kecil menyaksikan seluruh peristiwa tersebut. Hal itu tertanam di dalam hatinya. Orang-orang mengira bahwa Raadhaa lebih muda daripada Krishna dan mereka membicarakan pertalian antara Raadhaa dan Krishna dengan nada menghina. Sesungguhnya ia lebih tua daripada Krishna, tepatnya 26 bulan. Perasaannya kepada Krishna suci sekali dan dari hari ke hari menjadi semakin kuat.

Vasudeva menjadi normal lagi setelah kembali ke penjara. Begitu ia masuk ke penjara, pintu di belakangnya tertutup lalu terkunci secara otomatis. Begitu ia meletakkan bayi perempuan itu di samping Devakii, bel pun berbunyi. Sipir penjara langsung bangun dan memberitahu Kamsa tentang kelahiran si bayi. Kamsa segera datang ke penjara mengenakan busana kerajaan dengan segala perlengkapan dan perhiasannya.

Sebagaimana sudah menjadi kebiasaannya, ia mengangkat bayi itu dengan tangan kirinya lalu melemparkannya ke atas. Tangan kanannya memegang pedang dan siap memenggal kepala bayi itu pada waktu jatuh. Akan tetapi, begitu terlempar ke atas, bayi perempuan itu lenyap dan sebagai gantinya muncullah seorang dewi yang memperingatkan Kamsa bahwa tokoh yang ditakdirkan menghukumnya, Sri Krishna, sudah lahir, dan Beliau akan membinasakannya.

Dewi itu amat sakti sehingga tidak ada yang mampu melakukan apa pun kepadanya. Setelah memperingatkan Kamsa tentang bahaya yang akan menimpanya, dewi itu pun lenyap.

Bukan main bingungnya Devakii menyaksikan kejadian tersebut. Ia mengerti bahwa seluruh peristiwa itu berlangsung atas kehendak Krishna.

Kamsa menjadi risau dan gelisah ketika mengetahui bahwa Krishna sedang dibesarkan di suatu tempat yang tidak diketahuinya. Siang malam ia memikirkan cara dan daya upaya untuk menangkap dan membunuh Krishna.

Krishna tumbuh dalam asuhan Yashodaa yang penuh kasih dan kisah itu sudah diketahui oleh semua yang hadir di sini. Krishna memperlihatkan kekuatan adikodrati Beliau dengan berbagai cara. Kamsa bingung memikirkan bagaimana caranya menangkap Krishna. Ia mengeluarkan perintah bahwa semua bayi yang baru lahir di Repalle harus dihabisi. Mulanya ia hanya menghendaki agar bayi laki-laki saja yang dibunuh, kemudian ia mengubah pikirannya dan memerintahkan bahkan bayi perempuan pun harus dibunuh. Ia melakukan perbuatan yang sangat mengerikan seperti itu hanya karena rasa takut.

Sementara hari demi hari berlalu, kisah permainan adikodrati yang dilakukan bocah Krishna tersebar ke mana-mana. Perbuatan Tuhan menakjubkan dan misterius. Sementara itu, orang-orang yang diutus Kamsa dengan giatnya berusaha mencari Krishna. Akhirnya mereka menemukan Beliau di Repalle dan hal itu dilaporkan kepada Kamsa. Ada dikatakan,

Vinaashakaalee vipariita buddhih.

Artinya,
‘Bila orang sudah ditakdirkan akan hancur,
kemampuan pertimbangannya tidak berfungsi’.

Kamsa mulai mengirim banyak iblis yang sakti ke Repalle untuk menghabisi bocah Krishna. Akan tetapi, dengan kemampuan adikodrati Beliau yang luar biasa, Krishna membinasakan mereka semua.

Hari-hari akhir Kamsa sudah mendekat. Ia merencanakan suatu siasat busuk untuk membujuk Krishna dan Balaraama agar datang ke Mathura kemudian kedua anak itu akan dihabisi. Kamsa mengutus Akruura—yang sangat menyayangi Krishna dan Balaraama—agar membujuk dan membawa kedua anak itu ke Mathura guna menghadiri yajna yang diselenggarakannya.

Ketika kedua kakak beradik itu memasuki kota, penduduk Mathura terpesona melihat kerupawanan Krishna dan Balaraama. Mereka telah menderita kekecewaan dan kesedihan yang mendalam karena berbagai kekejaman yang dilakukan Kamsa dan mereka berdoa kepada Krishna agar menolong dan menyelamatkan mereka.

Sementara Krishna dan Balaraama berjalan menuju istana Kamsa, mereka berjumpa dengan seorang wanita yang setiap hari biasa menyediakan rangkaian bunga untuk Kamsa. Krishna mengambil dua untaian bunga darinya, kemudian Beliau dan Balaraama saling mengalungkan rangkaian bunga tersebut. Kemudian mereka berjumpa dengan binatu istana. Mereka mengambil pakaian sutra Kamsa, lalu busana kerajaan itu mereka kenakan.

Setelah itu mereka berjumpa dengan Kubjaa, seorang wanita bungkuk yang membawa parfum dan wewangian untuk Kamsa. Ia buruk rupa dan tubuhnya bengkok. Kubjaa tahu bahwa Krishna adalah Avatar. Ketika melihat kedua bersaudara tersebut, ia senang sekali. Kubjaa memercikkan parfumnya kepada mereka lalu berkata, “Krishna, hari ini ( tujuan ) hidup saya sudah terpenuhi. Pasti saya telah melakukan tapa yang hebat dalam kehidupan yang lampau sehingga mendapat kesempatan melayani Paduka.” Kemudian ia mohon agar Krishna meluruskan badannya. Krishna menginjakkan kaki Beliau pada kaki Kubjaa, memegang dagunya, dan mengangkatnya. Astaga, lihatlah! Bungkuknya lenyap. Kubjaa berubah menjadi wanita jelita. Demikianlah Krishna memperlihatkan kemampuan adikodrati Beliau dengan melakukan banyak perbuatan yang menakjubkan. Dalam proses itu Beliau membebaskan banyak makhluk dari kutuk yang menimpa mereka.

Ketika mengetahui bahwa Krishna dan Balaraama mengenakan busana kerajaannya, Kamsa menjadi berang. Sementara itu Kubjaa menghadap Kamsa dan berkata, “Oh Tuan, tidak seorang pun dapat memahami permainan suci Sri Krishna dan kesaktian Beliau yang misterius. Jangan mencoba memahami kemampuan Beliau. Lebih baik hal ini jangan Tuan indahkan.” Kamsa heran memikirkan, “Bagaimana ia bisa berbicara demikian kurang ajar kepadaku! Pasti Krishnalah yang menghasutnya.” Pada saat itu perhatian Kamsa dialihkan oleh seseorang. Kubjaa memanfaatkan kesempatan itu dan diam-diam meninggalkan tempat tersebut.
Krishna dan Balaraama masuk ke istana Kamsa bagaikan dua anak singa. Mereka mengalahkan para penggulat istana. Setelah itu, dalam sekejap Krishna melompat ke panggung tempat singgasana Kamsa, menariknya hingga jatuh, dan menghujaninya dengan tinju yang dahsyat. Balaraama yang sama kuatnya, bergabung dengan Krishna. Mereka berdua memukuli Kamsa sampai luluh.

Melihat Kamsa dihabisi secara mengerikan, orang-orang yang hadir merasa panik. Mereka takjub keheranan bagaimana seorang anak laki-laki seperti Krishna dapat mengalahkan Kamsa yang perkasa. Ada satu peleton prajurit yang khusus disebar oleh Kamsa untuk menghabisi Balaraama dan Krishna. Mereka pun tidak mampu menahan serangan gencar Krishna. Akhirnya mereka bersujud di kaki Beliau dan mohon belas kasihan.

Krishna dan Balaraama kembali ke Repalle tanpa diketahui orang lain. Penduduk Repalle sedang menanti-nanti kedatangan kedua anak itu dengan rasa cemas. Mereka sedih sekali dan tertekan ketika tidak melihat tanda-tanda kedatangan kedua bersaudara itu di sekitar wilayah tersebut. Ibu Yashodaa sangat takut dan gelisah memikirkan keselamatan putra-putranya. Para gadis penjual susu sapi pun tenggelam dalam kesedihan dan mulai mencaci maki Kamsa karena mengira bahwa ia pasti telah mencelakakan Krishna serta Balaraama. Semua pria dan wanita di Repalle terus menerus berdoa kepada Krishna dan melantunkan nama Beliau. Tiba-tiba Krishna dan Balaraama muncul di antara mereka sehingga mereka merasa sangat heran dan gembira. Krishna menghibur dan menenangkan mereka.

Kamsa mempunyai dua istri. Setelah ia tewas, kedua wanita itu pulang dan tinggal di istana ayah mereka, Jaraasandha. Jaraasandha sangat berang dan ingin membalas dendam kepada Krishna karena Beliau telah menewaskan menantu lelakinya. Banyak kerabat Jaraasandha yang juga membenci Krishna. Berita ini terdengar oleh Yashodaa, Nanda serta Devakii, dan Vasudeva. Mereka sangat prihatin memikirkan keselamatan Krishna. Meskipun demikian, Devakii adalah wanita yang penuh keberanian dan sangat berbakti. Itulah sebabnya ia dapat menahan segala penderitaan yang ditimbulkan oleh abang sepupunya, Kamsa, dengan tenang. Ia yakin bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mencelakakan Krishna. Ia percaya mutlak pada sifat ketuhanan Sri Krishna. Karena musuh tidak berani menantang Krishna, mereka berusaha mengganggu penduduk Repalle. Krishna langsung menolong mereka dan mengusir musuh.

Hari demi hari berlalu dan tibalah waktu untuk pernikahan Krishna. Rukminii, putri Raja Vidarbha, mencintai Krishna dan ingin menikah dengan Beliau. Akan tetapi, abangnya Rukmii akan menikahkan Rukminii dengan temannya, Shishupaala, dan mulai mengatur persiapannya. Krishna mengetahui semua ini. Beliau mempunyai rencana sendiri. Setelah Devakii dan Vasudeva dibebaskan dari penjara, mereka tinggal di rumah Nanda dan Yashodaa. Sementara itu Rukminii mengirim surat kepada Krishna melalui seorang brahmana. Dalam surat itu ia menulis, “Krishna, saya tidak dapat lagi menahan pedihnya perpisahan dari Paduka. Ayah saya telah memutuskan akan menikahkan saya dengan Shishupaala, walaupun tidak saya kehendaki. Upacara pernikahan akan dilangsungkan besok. Jika Paduka tidak datang sebelum itu dan membawa saya pergi dari sini, saya akan bunuh diri.”

Sesuai dengan harapan Rukminii, Krishna merancang suatu siasat untuk membawanya ke rumah keluarga Beliau. Pada masa itu ada kelaziman bagi mempelai wanita untuk melakukan pemujaan khusus kepada dewi pelindung desa sebelum upacara pernikahan dilangsungkan. Sesuai dengan tradisi, Rukminii pergi ke tempat ibadah untuk melantunkan doa khusus. Rukmii yang busuk hati, abang Rukminii, telah mengatur pengamanan secara ketat karena ia takut kalau Krishna datang menyerang. Ia bersekutu dengan Shishupaala dan Dantavakra yang sangat memusuhi Krishna.

Rukminii berjalan perlahan-lahan menuju tempat ibadah dengan hati sangat sedih karena mengira bahwa Krishna tidak mau datang menyelamatkannya. Ia tidak tahu bahwa Krishna benar-benar telah datang untuk menyelamatkannya dan sedang menunggu di jalan masuk ke tempat ibadah tanpa diketahui orang lain. Ketika Rukminii tiba di situ, dengan tangkas Krishna menaikkannya ke kereta Beliau lalu melaju pergi. Terjadilah pertempuran yang sengit antara Krishna melawan Rukmii serta para sekutunya. Krishna mengalahkan mereka semua. Beliau membawa Rukminii pulang bersama Beliau dan menikahinya.

Krishna telah menjelma untuk menghukum yang jahat dan melindungi orang-orang yang baik dan saleh. Shishupaala luar biasa bencinya kepada Krishna karena Beliau telah melarikan Rukminii yang seharusnya akan dinikahkan dengannya.

Krishna harus menghadapi banyak rintangan dan kesulitan sepanjang hidup Beliau. Itulah sebabnya orang-orang menganggap ashtami, hari kelahiran Beliau, sebagai hari yang membawa kesulitan. Sejak lahir Krishna menghadapi berbagai kesulitan akibat ulah Kamsa. Pada waktu Beliau masih bayi, penduduk desa-desa lain juga mengalami penderitaan yang ditimpakan Kamsa. Beliau harus menghadapi tantangan orang-orang yang busuk hati seperti Shishupaala dan Dantavakra. Bahkan pernikahan Beliau dengan Rukminii menimbulkan pertempuran. Meskipun demikian, Krishna mengalahkan semua lawan Beliau dan tampil jaya sebagai pemenang.

Walaupun Shishupaala memusuhi Krishna, sampai lama Beliau terus mengampuninya. Pada waktu Dharmaraaja melangsungkan Raajasuya yajna, ia memberikan persembahan pertama ( agratambulam ) kepada Krishna. Ketika menyaksikan hal ini, Shishupaala menjadi sangat berang dan mencaci maki Krishna. Ia mengata-ngatai Beliau sebagai bocah penggembala sapi biasa dan berkata bahwa Beliau tidak layak menerima penghormatan itu.

“Bila para pinisepuh seperti Bhiishma hadir dalam pertemuan ini, bagaimana Anda dapat memilih seorang gembala sapi untuk kehormatan setinggi ini?” demikian pertanyaan yang diajukannya kepada Dharmaraaja. Ia siap berduel dengan Krishna. Shishupaala berkata kepada Beliau,“Apakah Kaukira Engkau layak menerima kehormatan ini karena Kaucuri sari para gadis penggembala sapi ketika mereka sedang mandi? Atau apakah Kaukira Engkau layak menerimanya karena Kaulewatkan seluruh waktu-Mu bersama para gadis penggembala sapi? Hentikan kesombongan ini dan tutup mulut-Mu!”

( Puisi bahasa Telugu ).


Pada waktu itulah Krishna menghabisi Shishupaala. Banyak orang yang keliru mengira Krishna menggunakan senjata surgawi Beliau, sudarshana cakra, untuk memenggal Shishupaala. Sesungguhnya Krishna hanya melemparkan piring--yang dihaturkan kepada Beliau sebagai wadah persembahan pertama—kepada Shishupaala. Pada Zaman Kali ini orang-orang membicarakan Vishnu Cakra dan Sudarshana Cakra sebagai senjata Sri Krishna. Akan tetapi, apa pun yang digunakan oleh Krishna, berfungsi sebagai cakra dengan kehendak suci Beliau.

Dengan cara ini Krishna harus melakukan beberapa peperangan semasa hidup Beliau. Itulah sebabnya para sesepuh berkata bahwa hari lahir Krishna, Ashtami, berkaitan dengan kesulitan. Ketika Krishna lahir, harinya Ashtami dan bintangnya Roohini. Ada anggapan umum bahwa siapa saja yang lahir dengan kombinasi hari dan bintang semacam itu akan menghadapi kesulitan sepanjang hidupnya. Ada kepercayaan lain lagi bahwa orang semacam itu akan menjadi pembebas bangsa. Krishna membinasakan orang-orang yang jahat dan melindungi yang bajik. Beliau menegakkan darma. Karena itu, jangan kauanggap hari lahir Krishna sebagai hari yang tidak baik. Hari itu mulia dan suci.
Kemudian sementara waktu berlalu, Arjunalah yang membawa kabar mengejutkan bahwa Krishna telah meninggalkan raga. Ibu Kuntii sudah lanjut sekali usianya. Penglihatannya telah memudar dan anggota badannya sudah sangat lemah. Ia seorang bakta yang agung dan menganggap Krishna sebagai hidupnya sendiri. Ia sedang menunggu-nunggu kedatangan Arjuna dengan penuh harap, ingin mendengar kabar tentang kesejahteraan Krishna. Arjuna datang menemuinya sambil memanggil, “Ibu, Ibu,” dengan suara gelisah. Kuntii segera bertanya, “Nak, di manakah Krishna? Bagaimana kabar Beliau?” Arjuna sedih sekali. Ia berkata, “Ibu, apa yang dapat saya katakan? Krishna, sabahat, kerabat, pembimbing, pelindung, dan Tuhan kita telah tiada.” Mendengar berita tragis ini Kuntii langsung meninggalkan raganya. Baktinya kepada Krishna luar biasa besarnya.

Setelah Krishna meninggalkan raga, seluruh marga Yaadava musnah akibat pertikaian dahsyat antar keluarga yang kemudian terjadi. Hal itu diakibatkan oleh kutukan yang pernah dilontarkan seorang resi kepada bangsa Yaadava.

Paandava memutuskan akan meninggalkan kehidupan duniawi dan mengundurkan diri ke hutan. Saat itu situasinya janggal. Di satu pihak penobatan Pariikshit harus dilangsungkan, di lain pihak upacara perabuan untuk Ibu Kuntii harus dilaksanakan. Dengan kepala ibunda tergolek di pangkuannya, Dharmaraaja memerintahkan Bhiima agar menyiapkan penobatan. Ia memberitahu Arjuna agar melakukan persiapan yang diperlukan untuk perabuan Ibu Kuntii. Pada waktu itu juga ia memerintahkan Nakula dan Sahadeva agar menyiapkan keberangkatan mereka ke hutan. Ketiga peristiwa ini berlangsung pada hari yang sama. Hanya mereka yang memiliki keyakinan teguh kepada Tuhan dapat melakukan tugas-tugas semacam itu secara serempak dengan ketenangan dan keseimbangan batin. Segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak Beliau.

Sejak awal hingga akhir tugas-tugas yang dilakukan Sri Krishna sangat menakjubkan, suci, misterius, dan melampaui daya nalar manusia. Karena itu, tidak patutlah menganggap hari lahir Sri Krishna sebagai hari yang tidak baik. Hari itu amat suci dan harus dirayakan dengan kegembiraan yang tak terhingga.

Ada hal lain yang perlu Kusebutkan. Ketika tubuh ini lahir, banyak kekacauan dan rasa bingung di antara penduduk desa ini serta desa-desa sekitarnya. Wabah kolera dan penyakit pes merajalela di mana-mana. Orang-orang merasa takut berkunjung ke rumah orang lain, mereka bahkan takut minum segelas air di luar rumah. Seperti itulah keadaan pada waktu itu.

Griham Ammayii ( Ibu Iishvaraamma ) tidak mau berkunjung ke rumah orang lain. Kondama Raju, kakek tubuh ini, juga seorang yang sangat berdisiplin dan berprinsip. Ia tidak pernah menerima apa pun dari orang lain. Pada masa itu Aku tinggal bersama Kondama Raju. Ia tidak mengizinkan anak lain, termasuk Parvataama dan Venkaama ( kakak Swami ), mendekati Aku karena khawatir kalau-kalau Aku tertular wabah tersebut. Namun, Aku sering menyelinap ke luar rumah tanpa sepengetahuannya. Ketika mengetahui hal ini, dengan lembut ditegurnya Aku, “Sathya, mengapa Engkau tidak mendengarkan aku? Janganlah Engkau pergi kian kemari.” Ia memerintahkan penduduk desa agar segera membawa-Ku pulang, jika mereka melihat Aku di luar rumah. Dengan cara seperti ini ia berusaha membatasi gerak-Ku. Akan tetapi, adakah yang dapat menahan Aku? Aku sering bepergian kian kemari di desa tanpa diketahui orang lain. Dalam beberapa kesempatan orang dari sepuluh rumah yang berlainan mengundang-Ku makan. Aku mengunjungi kesepuluh rumah itu, makan besama mereka, dan menyenangkan hati mereka. Kadang-kadang Karanam Subbaamma memanggil Aku dari jendela dan memberikan bungkusan makanan. Ia adalah bakta yang agung.

Kondama Raju tidak menyukai kunjungan-Ku ke rumah orang lain. Ia mengkhawatirkan keselamatan dan kesejahteraan-Ku. Pada waktu itu Reddy dan Karanam adalah dua pemimpin desa. Subbaamma adalah nama istri Karanam, sedangkan istri Reddy bernama Subbulaammaa Ia iri karena Aku sering berkunjung ke rumah Karanam Subbaamma. Karena itu, ia memutuskan akan meracuni Aku. Pada suatu hari ia menemui Aku dan mengundang Aku datang ke rumahnya dengan berkata, “Babu ( panggilan kehormatan untuk lelaki ), hari ini Anda harus datang ke rumah kami untuk makan makanan kecil. Saya akan membuat vada ( semacam donat asin ) yang lezat untuk Anda. Datanglah sendirian, jangan Anda beritahukan hal ini kepada orang lain.” Ketika Aku datang ke rumahnya, ia menyajikan vada yang sudah dicampur racun. Aku mengetahui niat jahatnya, tetapi Kumakan vada itu tanpa ragu. Tubuh-Ku langsung membiru. Orang-orang yang melihat-Ku segera berlari menemui Karanam Subbaamma dan Iishvaraamm memberitahukan hal ini. Pada masa itu ada persaingan yang sengit antara Reddy Subbulaamma dan Karanam Subbaamma. Tidak hanya di sini, hampir di semua desa lain terdapat rasa permusuhan semacam itu antara keluarga Reddy dan Karanam. Orang-orang datang menyerang Reddy Subbulaamma karena perbuatan jahatnya.
Kondama Raju tinggal di wilayah suku bangsa penghuni perbukitan. Ketika mengetahui peristiwa ini, ia sangat geram. Dipanggilnya mereka dan didorongnya agar memberikan pelajaran kepada Reddy Subbulaamma. Kukatakan kepada Kondama Raju, “Kakek, sebagai sesepuh desa, janganlah Kakek melakukan tindakan yang tidak baik seperti itu. Kalau Kakek tidak menghentikan orang-orang perbukitan menyerang Subbulaamma, Saya akan pergi dan tinggal bersamanya selamanya.” Kondama Raju dan Karanam Subbaamma melaksanakan nasihat-Ku dan memberitahu orang-orang itu agar tidak pergi ke rumah Subbulaamma Reddy. Dengan demikian Kulenyapkan kebencian dari hati orang banyak dan Kuusahakan agar penduduk desa bersatu.

Tidak pernah ada rasa takut sedikit pun dalam segala kegiatan-Ku. Aku makan apa saja yang dipersembahkan orang lain kepada-Ku tanpa ragu.

Pernah gubuk tempat tinggal-Ku dibakar oleh orang-orang jahat. Mungkin kalian tahu bahwa dahulu ada sebuah gubuk di tempat yang sekarang merupakan gedung Kalyana Mandapam ( gedung pertemuan untuk pesta pernikahan ). Ketika gubuk itu sedang menyala, turunlah hujan lebat. Hujan hanya tercurah tepat di atas gubuk dan tidak di tempat lain. Orang-orang menyadari sifat ketuhanan-Ku. Sejak hari itu orang-orang dari desa Puttaparti, Kammavaripalli, Jangkampalli, dan sebagainya mulai datang mengunjungi Aku dengan rasa hormat. Mereka menyelenggarakan kidung suci di desa-desa sekitar Puttaparti.

Aku akan memberitahu kalian tentang suatu hal yang terjadi belum lama ini. Ketika Aku berada di Bangalore, disebarluaskanlah berita bahwa Aku jatuh dan cedera patah tulang. Orang-orang dari segala desa, termasuk Puttaparti, menyelenggarakan kidung suci secara teratur dan berdoa untuk keselamatan serta kesejahteraan-Ku. Di berbagai desa diselenggarakanlah Satyanaaraaya Vraatam. Dengan cara ini mereka menerima kasih Swami. Pada masa itu tidak ada seorang pun yang tidak memikirkan Swami. Kemuliaan Swami telah tersebar luas. Bila Aku menempuh perjalanan dengan mobil dari Bangalore, orang-orang di setiap desa yang Kulewati menghentikan mobil-Ku untuk mempersembahkan aarati. Pada kesempatan sebelum ini, jalan raya Chikballapur penuh dengan bakta yang ingin menyambut-Ku. Mereka menyanyikan kidung suci dan melambaikan api aarati. Mereka menyambut kedatangan-Ku dan meneriakkan, “Sathya Sai Babajiki jai.” ‘Jayalah Sathya Sai Baba yang terhormat’. Penduduk desa Kappalabanda dan Mamillakunta juga menunjukkan kasih serta bakti mereka kepada Swami dengan cara itu.


Dokter telah mengatakan bahwa diperlukan istirahat selama setahun agar cedera panggul ini sembuh sepenuhnya. Kukatakan bahwa pemulihan itu tidak memerlukan waktu setahun. “Doa para bakta yang penuh kasih akan segera menyembuhkan Aku,” demikian Kuyakinkan mereka. Kukatakan kepada para dokter bahwa Aku tidak memerlukan obat apa pun atau perawatan lebih lanjut. Doa para bakta merupakan obat yang mujarab bagi tubuh ini. Doa-doa mereka memberi-Ku kebahagiaan yang tak terhingga. Walaupun patah tulang, Aku selalu tersenyum. Ketika Aku dibawa ke rumah sakit, semua orang mengucurkan air mata, tetapi Aku tersenyum terus. Para dokter yang mengoperasi-Ku heran melihat Aku tersenyum. Biasanya rasa nyeri yang timbul akibat patah tulang panggul itu seperti sengatan listrik. Akan tetapi, sedikitpun Aku tidak terpengaruh. Bahkan sekarang pun Aku sama sekali tidak merasa sakit.

Para bakta adalah milik-Ku dan Aku adalah milik para bakta. Aku tidak memiliki rasa takut atau cemas. Bahkan dalam situasi seperti itu Aku dapat pergi ke segala penjuru negeri ini dengan riang gembira. Semenjak ini Aku akan lebih sering bepergian ke berbagai tempat yang jauh. Kalian tidak perlu mencemaskan kesejahteraan Swami. Aku selalu riang dan bahagia. Semoga kalian semua selalu bahagia dan makmur!

Bhagawan menyudahi wacana Beliau dengan kidung suci, “Bhaja Goovindam, bhaja Goovindam, Goovindam bhaja muudha mathee.”

Dari wacana Bhagawan pada perayaan Krishnajanma-ashtami, 19-8-2003 di Pendapa Sai Kulwant, Prashaanti Nilayam.

Diterjemahakan oleh : Dra. Retno Buntoro

1 comment:

Putu Toni said...

Om Sai Ram!
kami Bhakta SSG Singaraja ingin menyambung tali persaudaraan anatar bhakta Sai lewat dunia maya ini kepada semua bhakta sai Palu, boleh nggak?